
DENPASAR, MENITINI.COM – Anda sering sakit kepala atau migrain? Anda punya masalah dengan berat badan berlebih? Ternyata ada kaitannya lho antara kedua hal ini. Sebuah studi baru menemukan hubungan antara berat badan seseorang dan seberapa besar kemungkinan mereka terkena sakit kepala migrain. Para peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) berlebih memiliki risiko migrain yang lebih tinggi daripada orang yang memiliki BMI normal.
Migrain tidak seperti sakit kepala pada umumnya. Karakternya adalah sakit kepala hebat dan berdenyut yang dapat berlangsung hingga 72 jam. Selain itu, gejala diikuti kepekaan terhadap cahaya atau suara, mual, muntah dan pandangan kabur. Sekumpulan gejala penyerta ini dikenal dengan istilah aura. Pada studi, peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara BMI dan gangguan sakit kepala, termasuk migrain. Ternyata, dari bukti yang berhasil terkumpul, orang-orang dengan risiko migrain terendah memiliki BMI sekitar 20. Lalu apa itu BMI dan bagaimana perhitungannya?
Apa itu BMI?
Indeks massa tubuh (BMI) adalah ukuran lemak tubuh yang didasarkan pada tinggi dan berat badan seseorang. Tinggi dan berat kemudian dimasukkan dalam sebuah formula yang sudah standar. Formula ini cukup mudah, cukup membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kuadrat. Hasilnya berupa angka yang dapat digolongkan sesuai kategori. Ada empat kategori BMI:
- Berat badan kurang (BMI kurang dari 18,5)
- Berat badan normal (18,5 hingga 24,9)
- Kegemukan (25 hingga 29,9)
- Obesitas (30 atau lebih)
Walau sering digunakan, BMI masih saja menuai kontroversi. Hal ini karena ada penilaian atau formula lain yang menilai proporsi tubuh berdasar komposisi lemak tubuh maupun otot. Otot lebih berat daripada lemak per inci persegi. Artinya, pada orang yang memiliki otot lebih tebal dan banyak, dapat menghasilkan BMI yang lebih tinggi. Pada atlet dan binaragawan, penggunaan BMI tidak lagi relevan tanpa formula pendukung lain.
Berat Badan sebagai Kaitan bukan Penyebab
Penelitian ini merupakan penelitian review dan analisis, bukan penelitian terkontrol yang bertujuan untuk membuktikan sebab dan akibat. Jadi, peneliti tidak mengetahui mengapa mungkin ada hubungan antara BMI dan migrain. Simpulan penelitian ini hanya memperhatikan dan membandingkan satu data saja. Namun, Medhat Mikhael MD, spesialis manajemen nyeri Pusat Medis Memorial Care Orange Coast, mengatakan bahwa hasil temuan ini tidak mengejutkan. Walau beliau tidak terlibat langsung, banyak penelitian terdahulu yang memperhatikan dan menyediakan data hubungan yang mendukung hipotesis ini.
Mengapa Berat Badan Mempengaruhi Risiko Migrain?
Para peneliti tidak menyelidiki secara pasti mengapa ada hubungan antara berat badan dan risiko migrain. Ada beberapa gagasan yang mendukung teori ini, antara lain peradangan dan nutrisi seseorang.
-
Peradangan
Kelebihan berat badan terkait dengan lebih banyak peradangan di tubuh. Proses metabolisme dalam tubuh tidak dapat berjalan optimal. Timbunan lemak dalam jaringan memicu produksi faktor peradangan. Ketika terjadi peradangan, timbul pula respon nyeri dan ketidaknyamanan. Salah satu respon yang dapat muncul adalah dalam bentuk migrain.
-
Nutrisi
Diet yang Anda jalani juga berpengaruh. Hal ini terkait asupan nutrisi yang Anda terima tiap harinya. Walau sudah cukup makan, namun jika nutrisi tidak berimbang, maka dapat memicu gangguan neurovaskuler termasuk migrain. Apalagi jika dalam asupan Anda tidak cukup kandungan magnesium, niasin, riboflavin, vitamin B12, koenzim Q10, karnitin, asam -lipoat, dan vitamin D. Termasuk yang menjalani diet rendah karbohidrat.
Hubungan Migrain dengan Berat Badan
Meskipun ada beberapa teori menarik, masih banyak hal untuk dipelajari tentang bagaimana berat badan dapat memengaruhi risiko migrain. Pada penelitian ini hanya menyoroti satu hal saja. Ada komponen lain yang dapat menjadi pertimbangan antara lain riwayat genetik, gaya hidup dan riwayat cedera kepala sebelumnya.
Tidak luput dari perhatian, penting untuk menyoroti kesehatan mental sebagai penyebab migrain. Secara langsung karena tekanan atau stressor yang didapat. Secara tidak langsung, melalui kebiasaan makan berlebihan untuk melepas stress. Kombinasi kedua hal ini dapat meningkatkan resiko kenaikan berat badan drastis dan keluhan migrain yang tidak kunjung usai.
Jika Anda mengalami migrain dan belum dapat mengetahui pemicu atau mengontrol gejala Anda, mungkin ada baiknya berkonsultasi dengan dokter. Anda mungkin memerlukan beberapa pemeriksaan dasar dan penunjang yang dapat membantu mengatasi keluhan. Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap migrain, dan penelitian ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (BMI) Anda mungkin salah satunya. Jadi penting untuk memodifikasi gaya hidup sekaligus tetap memeriksakan kondisi Anda secara menyeluruh. (M-010)