Satgas Bongkar Kantong Pasir, Pantai Kuta Steril dari Pedagang Lapak

KUTA, MENITINI.COM – Sejumlah titian dari kayu di pesisir Pantai Kuta, khususnya di depan Jalan Poppies I dan beberapa kantong pasir plastik menyerupai geobag di area revetment dekat jalan jalan setapak Minggu (2/4) siang dibongkar Satgas Pantai Kuta.

Ketua Satgas Pantai Kuta, I Wayan Sirna membenarkan, pihaknya telah meminta para pedagang membongkar material itu, atas perintah Bendesa Adat Kuta. Selain membuat kawasan kumuh,  pemasangan dilakukan tanpa ada koordinasi. Hal itu mengundang sorotan wisatawan, terlebih saat ini serah terima rampungnya penataan belum dilaksanakan. “Saat ini di lokasi sudah bersih. Mereka telah berinisiatif membersihkan titian dan tanggul itu,” terangnya.

Berdasarkan pengakuan para pedagang, mereka memasang titian dan tanggul karena masukan wisatawan agar turun ke pantai dengan aman dan nyaman. Sebab di lokasi tersebut saat ini terpasang susunan batu putih penahan ombak berfungsi menahan abrasi. Hal itu memang membuat kondisi pesisir pantai memiliki jarak cukup tinggi dengan bibir pantai, sehingga wisatawan memerlukan tambahan agar dapat turun dengan nyaman.

BACA JUGA:  Kuta Dinilai Kumuh, Begini Kata Wakil Ketua DPRD Badung

Menurut pengakuan mereka, semula kondisi itu hanya terjadi di beberapa titik saja. Namun belakangan ini kondisi itu semakin banyak sehingga menjadi kumuh. “Ada 11 titik yang terdapat hal itu. Kondisinya tersebar dari titik hardrock ke utara sampai depan hotel mercure,” imbuhnya.  

Terpisah, Bendesa Adat Kuta, Wayan Wasista tidak menampik pihaknya telah meminta Satgas Pantai untuk membongkar titian dan tanggul dadakan. Sebab kondisi itu tidak elok dan sesuai dengan estetika kawasan. “Itu sudah langsung dibongkar tadi (Minggu Sore-red),” ucap Wasista singkat. 

Sementara terpantau, Senin (3/4) kawasan pinggir jalan Pantai Kuta kini nampak bersih dari keberadaan pedagang lapak yang semula sempat berjualan saat pandemi.  

Hal tersebut seiring dengan berakhirnya kebijakan 3 lembaga (LPM, Lurah dan Desa Adat Kuta) terkait pemberdayaan ekonomi masyarakat saat pandemi, dengan menyulap kawasan kantong parkir sebagai area berjualan sementara. Kendati demikian, para pedagang berharap mereka kembali berjualan. Mengingat perekonomian masyarakat Kuta belum pulih seperti sedia kala, walaupun kondisi pandemi dinyatakan berakhir. 

BACA JUGA:  Libur Lebaran 2024, Pariwisata Bali Panen Rupiah

Ketua LPM Kuta, Putu Adnyana mengatakan kondisi pinggir Pantai Kuta kini telah steril. Ia mengatakan pihaknya bersama Satpol PP telah turun memberi imbauan terakhir, sehingga tanggal 1 April kondisinya benar-benar steril.  Ketika terjadi pelanggaran di lapangan, maka akan ditindak. “Kondisinya memang sudah steril. Para pedagang sudah paham sekali dengan hal tersebut,”  katanya Minggu (2/4).

Kebijakan pemanfaatan kantong parkir semula diberlakukan sejak Juli 2021, dengan tujuan memberi ruang kepada masyarakat lokal pemberdayaan ekonomi akibat pandemi.

Karena itulah sepanjang area jalan pantai dimanfaatkan menjadi lapak berjualan. Adapun total slot yang berjualan total sebanyak 269 pedagang, kemudian berkurang menjadi 69 slot, sering pemulihan kondisi pariwisata.  

Saat itu seluruh pedagang juga membuat surat pernyataan menghentikan atau menormalisasi kawasan dari aktivitas berjualan, ketika ketiga lembaga mengakhiri masa kebijakan tersebut dengan memperhatikan kondisi dan situasi di lapangan.

Para pedagang rencananya melakukan audiensi dengan pemerintah Kabupaten Badung Senin (3/4) ini di kantor DPRD Badung. Mereka meminta kebijakan dapat diberikan kembali berjualan dengan tanpa melanggar aturan yang ada. 

BACA JUGA:  Empat Tren Pariwisata 2024, Bleisure Diprediksi akan Terus Tumbuh

Salah satu perwakilan pedagang, Nengah Jesna mengatakan pera pedagang akan audensi dengan DPRD Badung difasilitasi I Gusti Anom Gumanti DPRD Badung dapil Kuta. Mereka berharap ada kebijakan untuk dapat kembali berjualan di lokasi itu.  “Memang kunjungan wisata ke Kuta kini sudah mulai ramai dan banyak usaha yang sudah kembali buka. Tapi yang merasakan itu siapa? Masyarakat lokal masih merasakan kesulitan ekonomi. Kami mohon kebijakan dan dan welas asih pemerintah, karena kondisinya memang masih berat dirasakan. Kami butuh usaha ini,” kata Jesna.

Hal senada disampaikan Ni Nyoman Asti. Ia berharap agar dapat diberikan jalan terbaik, karena ekonomi masyarakat Kuta belum benar-benar baik. “Kami yang berdagang ini merupakan warga Kuta asli semua. Tolong kami diberikan solusi agar kami dapat memutar roda perekonomian kami. Sebab saat ini Kuta hanya casingnya saja terlihat bangkit, sedangkan isinya masih morat-marit,”keluhnya. (M-003)

  • Editor: Daton