Rute Intradermal: Solusi Kelangkaan Vaksin Cacar Monyet, Apakah Efektif?

DENPASAR, MENITINI.COM – Kasus cacar monyet makin melonjak. Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat mengaku bahwa tidak memiliki cukup vaksin untuk melindungi semua orang yang berisiko tinggi. Solusinya, untuk memperluas pasokan vaksin monkeypox saat ini, Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan bahwa penyedia sekarang dapat menggunakan botol dosis tunggal untuk mengelola lima vaksin.

Dosis yang lebih kecil akan diberikan secara intradermal atau pada bawah lapisan kulit paling atas. Hal ini menggeser pedoman tentang pemberian vaksin pada jaringan otot dan lemak secara intramuscular. Pendekatan ini akan memungkinkan pemerintah untuk membuat lebih banyak dosis selama rentang waktu tunggu. Tetapi tentu saja pedoman baru ini menuai kontroversi. Simak fakta seputar pemberian vaksin dengan rute dan metode ini!

Bagaimana Pemberian Vaksin Intradermal?

Jynneos sebagai vaksin cacar monyet yang sudah mendapat persetujuan, awalnya hanya direncanakan untuk rute subkutan. Lapisan subkutan kulit Anda, juga disebut hipodermis, terdiri dari lemak dan jaringan lain. Ini adalah bagian terdalam dari tiga lapisan kulit dan merupakan tempat yang ideal untuk obat-obatan injeksi. Otorisasi penggunaan darurat yang baru mencadangkan rute subkutan hanya untuk populasi anak. Sedangkan panduan baru menyatakan populasi >18 tahun akan menerima dosis seperlima dari dosis awal dengan rute intradermal.

BACA JUGA:  Waspada! Pasien DBD di RSD Mangusada, Badung Meningkat

Rute suntikan intradermal mengirimkan vaksin ke lapisan kulit paling atas. Teknik ini relatif jarang karena sulit untuk melakukannya dengan benar. Tetapi ada kemungkinan Anda pernah mendapatkan suntikan intradermal sebelumnya terutama untuk tes Tuberkuliln dan tes alergi. Suntikan intradermal jauh lebih dangkal daripada suntikan subkutan atau intramuskular. Penyedia layanan kesehatan akan menahan kulit Anda tetap kencang dan memasukkan jarum ke dalam dermis pada sudut mulai dari 5 hingga 15 derajat.

Rute Intradermal Perlu Dosis Lebih Kecil

Vaksin bekerja dengan memperkenalkan tubuh ke zat asing, yang disebut antigen. Antigen ini memicu sistem kekebalan untuk membuat antibodi dan sel khusus lainnya yang dapat mengenali dan menyerang antigen itu jika mereka bertemu lagi, seperti dalam kasus infeksi virus. Ketika seseorang mendapat vaksin, sel-sel tertentu membawa antigen ke sel-sel kekebalan sehingga membangun pertahanan tubuh.

Sel dendritik adalah salah satunya dan jumlahnya cukup berlimpah pada kulit. Sel ini bekerja sangat cepat dalam memindahkan antigen ke sel imun. Berkat efisiensi sel-sel ini, vaksinasi intradermal dapat menimbulkan respons imun lebih cepat jika kita bandingkan dengan teknik lainnya. Jumlah dosis dengan rute ini juga lebih sedikit sehingga baik untuk mengatasi kelangkaan dosis.

BACA JUGA:  Fasilitas Kesehatan di RSUD Toto Kabila Gorontalo, Ditinjau Presiden Jokowi

Apakah Cara Ini Cukup Baik?

Sebuah studi mengukur tingkat antibodi dari pendekatan vaksinasi yang berbeda. Tingkat antibodi adalah metrik kunci untuk memahami seberapa baik vaksin bekerja. Tetapi jenis penelitian ini tidak selalu memprediksi seberapa baik vaksin akan bekerja dalam setting non laboratoris. Penting untuk follow-up lebih lanjut pada setting non laboratoris terkait seberapa protektif strategi ini sebenarnya. Kesalahan masih mungkin timbul akibat kesalahan administrasi sehingga dosis tidak pas sesuai saran.

Dari pihak produsen sendiri telah menyatakan beberapa keraguan tentang data yang mendukung pendekatan intradermal. Meski demikian, Presiden Jynneos mengatakan akan bekerja sama dengan pejabat kesehatan terkait untuk otorisasi, dan terus melakukan studi tentang keamanan dan kemanjuran pendekatan vaksinasi yang berbeda. Terutama terkait pengaturan dosis dan rute vaksinasi.

BACA JUGA:  Kasus DBD Mengalami Peningkatan, Masyarakat Diimbau Terapkan Pola Hidup Sehat

Adakah Efek Samping Intradermal?

Menurut FDA, efek samping Jynneos dengan rute intradermal adalah serupa dengan yang menerima vaksinasi subkutan. Hingga kini tidak ada laporan efek samping yang parah atau memicu kegawatdaruratan. Dalam sebuah studi tahun 2015, kelelahan adalah efek samping yang paling umum terlepas dari metode administrasi dan rute vaksin. Setiap kelompok dalam penelitian melaporkan tingkat nyeri otot, kedinginan, sakit kepala, dan efek samping lainnya yang sama.

Peserta yang menerima suntikan Jynneos secara intradermal cenderung mengalami lebih banyak keluhan gatal dan kemerahan yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Ellen Carlin, DVM, asisten profesor peneliti di Pusat Ilmu dan Keamanan Kesehatan Global di Universitas Georgetown , mengatakan bahwa ada insiden yang lebih tinggi dari reaksi di tempat suntikan pada kelompok orang yang menerima suntikan intradermal. Namun beliau mengakui belum paham sepenuhnya apa ada kaitannya terkait efektivitas dan perlindungan jangka panjang. Bagi Anda yang mendapatkan akses vaksin cacar monyet dengan mudah, jangan lupa segera vaksin ya! (M-010)