Ritual  Belum Tuntas Warga “Kerauhan” dan Mengamuk

BADUNG, MENITINI-Proses pengosongan lahan warga di pintu masuk Jalan Terompong Peminge, Nusa Dua  Selasa (3/8) siang membuat salah seorang warga pemilik lahan kerauhan (trans) dan mengamuk.

Hal itu disebabkan prosesi upacara secara Hindu di salah satu pelinggih belum selesai dilaksanakan, namun pembongkaran sudah mulai dilakukan. Karena sempat mengalami kejadian mistis, proses pembongkaran dihentikan sementara. Setelah upacara selesai dan warga berhasil ditenangkan, proses pembongkaran kembali dilaksanakan.

Menurut penuturan Made Rigih perwakilan warga pemilik lahan, kejadian trans itu dialami oleh I Nyoman Suardika. Saat itu Suardika  merespon pembongkaran di salah satu palinggih yang ada di pojok jalan, karena prosesi belum selesai dilaksanakan.

Kebetulan yang bersangkutan juga ‘ngiring’, sehingga ia sensitif terhadap. “Saya juga merasakan aura sedih dan marah saat itu. Tapi untung saya bisa menenangkan diri, sehingga bisa segera menangani hal itu,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Jumlahnya Tinggal 6, Dokar di Jembrana Bakal Dapat Bantuan Rp7 Juta untuk Mempercantik

Ia menjelaskan, area lahan yang dilakukan pembongkaran itu memang dikenal pingit, sehingga banyak palinggih yang ada di sekitar kawasan. Jika dihitung, mungkin ada puluhan palinggih yang ada di kawasan tersebut. Karena itu proses pembongkaran memang harus sangat memperhatikan kondisi sekala dan niskala, agar proses berjalan lancar.

Terpisah, Nyoman Suardika pemilik lahan mengaku upacara tersebut memakai sarana upakara banten penuntun dan daksina linggih. Selanjutnya ida bhatara yang berstana di lokasi dibongkar dipindahkan sementara menggunakan sarana itu ke di lokasi yang ditentukan. “Semua banten upacara dari Dinas Kebudayaan Badung. Sebab kami tidak memiliki uang untuk upacara ini, karena dana kami terima setelah proses selesai dilakukan,”ujarnya. M- 003