KUTA, MENITINI.COM – Suasana tahun baru imlek 2576 di Kuta tampak di vihara Dharmayana/ Leng Gwan Byo Kuta tampak hikmad pada Rabu (29/1/2025). Umat mulai datang ke vihara sejak dini hari dan diperkirakan mencapai 1500 orang.
Banyak wisatawan nusantara yang bersembahyang di vihara, termasuk umat Hindu dari berbagai daerah juga melaksanakan persembahyangan di vihara.
Penanggung Jawab Pengurus Vihara Dharmayana Kuta, Adi Dharmaja Kusuma mengatakan Vihara Dharmayana Kuta merupakan vihara tertua di Bali yang ada sejak sekitar tahun 1700.
Setiap perayaan Tahun Baru Imlek, sangat banyak umat yang datang beribadah. Baik berasal dari Kuta, Denpasar dari seluruh Bali dan bahkan wisatawan asing.
“Saya perkirakan dari dini hari sampai Rabu pagi unat yang datang mencapai 1.500 orang, sebab kondisinya sampai penuh sesak. Saya sendiri hadir di sini, karena sampai malam di sini akan banyak umat yang datang silih berganti,” ucapnya.
Puncak perayaan tahun baru berlangsung sejak pukul 00.00 Wita, dengan sekitar 500-600 umat datang untuk menyalakan lilin dan berdoa.
Perayaan diperkirakan berlanjut hingga pukul 23.00 Wita. Setelah melakukan persembahyangan di rumah dan berbagi angpao dengan keluarga, umat kemudian melanjutkan doa di vihara terdekat, termasuk Vihara Dharmayana Kuta.
Selain persembahyangan tahun baru, pihaknya juga menyelenggarakan berbagai acara untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2576.
Pada pukul 19.00 Wita, akan tampil atraksi wushu dan barongsai dari anak-anak vihara. Pada 12 Februari 2025 akan dilaksanakan perayaan Cap Go Meh, yang merupakan purnama pertama di Tahun Baru Imlek 2576.
“Umat juga akan melaksanakan persembahyangan Ciswak atau tolak bala, terutama bagi mereka yang bershio kera, macan, dan babi. Diyakini shio ini berbenturan dengan shio ular kayu. Persembahyangan ini dilakukan kepada Dewa Tai Sui untuk memohon perlindungan dan kelancaran hidup,” ujarnya.
Perayaan Tahun Baru Imlek di Vihara Dharmayana Kuta memang kental dengan akulturasi. Seperti hiasan penjor, umbul-umbul, lelontek, hingga sarana persembahyangan berupa canang.
Setiap umat yang datang membawa canang untuk dipersembahkan dan mengenakan pakaian adat Bali.
Setelah berdoa, mereka akan diperciki tirta atau air suci dan diberikan bija (biji beras, red) tradisi yang erat dengan adat Hindu Bali.
Akulturasi budaya tersebut terjalin sangat lama. Apalagi pengemong keluarga besar Banjar Darma Semadi banyak kawin dengan saudara saudara Hindu.
Apa yang sudah diwarisi kemudian dilanjutkan secara turun temurun. Mereka memegang prinsip tradisi, adat, budaya setempat patut dihormati.
Pemujaan utama di vihara Dharmayana adalah Yang Agung Toa Kongco Tan Hu Cin Jin yang memiliki sejarah panjang di Bali.
Beliau turut membangun Taman Ayun saat berkelana di Bali, didampingi dua maha patih, Ida Bagus Denkayu dan I Gusti Ngurah Tubuh.
Hingga kini, jasa dan bakti beliau tetap dihormati, dengan altar utamanya berada di vihara. “Shio Ular Kayu itu sifatnya pendiam unik tetapi sangat berbisa. Mudah-mudahan di Tahun Baru Imlek 2576 kita semakin atraktif, produktif sehingga hal baru dapat kita lalui kita jalankan. agar kesejahteraan dfan kemajuan ekonomi dapat kita capai,” tandasnya. M-003
- Editor: Daton