Menurutnya, Papua tidak semata dipandang sebagai wilayah tertinggal, melainkan kawasan strategis bagi masa depan Indonesia, baik dari sisi ekonomi, energi, pangan, hingga posisi geopolitik di kawasan Pasifik.
“Membicarakan Papua adalah membicarakan masa depan Indonesia, termasuk masa depan ekonomi, energi, pangan, dan posisi strategis Indonesia di kawasan Pasifik,” katanya.
Velix juga memaparkan sejumlah agenda prioritas yang telah disepakati. Agenda pertama adalah penguatan program quick wins yang berbasis budaya dan partisipasi masyarakat Papua, yang disebut asta cita rasa Papua. Program ini diharapkan tetap memiliki kekhasan lokal, termasuk pelibatan gereja dan komunitas kampung.
Sebagai contoh, rencana pengembangan 2.572 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Tanah Papua akan dirancang dengan sentuhan lokal agar mampu menggerakkan ekonomi jemaat, petani, nelayan, buruh, serta memperkuat rantai logistik lokal.
Agenda prioritas kedua difokuskan pada perlindungan sosial dan keberpihakan langsung kepada orang asli Papua. Program bantuan langsung tunai, serta perluasan kepesertaan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan menjadi perhatian utama.
“Universal health coverage harus benar-benar menyentuh orang asli Papua, termasuk pendeta, penatua, nelayan, dan buruh yang selama ini masih terbatas aksesnya terhadap BPJS,” jelasnya.
Selain itu, KEPP OKP mendorong penguatan ekonomi lokal dari hulu ke hilir dengan menetapkan satu produk unggulan di setiap kabupaten/kota. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru juga diusulkan melalui pembentukan kawasan ekonomi strategis dan kawasan industri di berbagai wilayah Papua.









