DENPASAR, MENITINI.COM – Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut diharapkan bisa kembali bergabung ke Partai Golongan Karya (Golkar). Harapan ini disampaikan praktisi hukum dan pemerhati politik sosial dan budaya (Polsosbud), Agus Widjajanto.
Harapan itu berdasarkan fenomena terkini, dimana tidak ada satupun pengurus teras Golkar dari keluarga Presiden Soeharto.
Penggagas dan pendiri Partai Golongan Karya yang awalnya merupakan Sekber Golongan Karya yang dibentuk bersama dengan Soehardiman pada 20 Oktober 1964.
“Ada dorongan dari berbagai elemen masyarakat agar Mbak Tutut kembali berlabuh ke Golkar. Kita tahu jika Mbak Tutut itu tidak haus akan kekuasaan, tetapi dengan kembali ke Golkar tentu lebih mewarnai jalannya roda partai,” kata Agus dalam keterangannya, Jumat (3/1/2024).
Bergabungnya Mbak Tutut diharapkan akan lebih mewarnai partai berlambang pohon beringin dalam dinamika politik nasional.
Apalagi, Mbak Tutut merupakan putra dari mantan Presiden Soeharto yang turut mendirikan Golkar dan berkuasa pada pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun.
“Mbak Tutut atau Siti Hardijanti Rukmana tentu kami harapkan akan ikut mengembalikan marwah Partai Golkar sekaligus turut serta menyukseskan pembangunan nasional dibawah pemerintahan baru Prabowo-Gibran,” jelasnya.
Agus Widjajanto menyatakan, jika nantinya Mbak Tutut benar-benar bergabung kembali ke Golkar artinya ada anak ideologis dan anak biologis dari Presiden Ke-2 HM Soeharto di Golkar.
Terpisah, Guru Besar Senior Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Prof I Gde Pantja Astawa sebelumnya mengungkapkan jika Partai Golkar sejak Era Reformasi ada perubahan orientasi kepemimpinan. Dari sebelumnya berorientasi pada tokoh, sekarang pada kader.
“Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar siapapun dia. Ini pintu masuk, andai kata Mbak Tutut mau masuk,”ucapnya.
Namun demikian, Prof Gde menggaris bawahi tantangan Mbak Tutut tidak mudah.
Karena putri sulung Pak Harto itu harus mampu mempengaruhi kader-kader Golkar untuk bergabung kembali.
“Dan, itu bergantung pada bagaimana pendekatan Mbak Tutut,” ujarnya
Selain itu, Mbak Tutut mempunyai beban sejarah. Ia mengakui Mbak Tutut punya kepedulian tinggi terhadap lingkungan sosial dan itu tidak berbeda jauh dengan kiprah bapaknya. “Jiwa nasionalismenya juga tidak perlu diragukan,” ujarnya.
Hal ini menurut Prof Gde bisa menjadi modal kuat bagi Mbak Tutut jika nantinya benar-benar bergabung kembali ke Golkar.
“Kalau saya sebagai Mbak Tutut misalnya, bergabung kembali ke Golkar mengapa tidak? Beliau mempunyai rasa dan karsa kerakyatan sebagaimana diwarisi ayahnya, Soeharto,” tegas Prof Gde Pantja M-003