Kosterenomics

Oleh : Umar Ibnu Alkhatab, Kepala Ombudsman RI Provinsi Bali

MENITINI. Gubernur Bali Wayan Koster meluncurkan bukunya diberi judul Ekonomi Kerthi Bali: Membangun Bali Era Baru.

Peluncuran itu diikuti dengan bedah buku oleh Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa, Prof. Dr. Drs. I Wayan Ramantha, MM., Ak, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. dan Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, S.E., M.Si.

Acara itu berlangsung pada tanggal 20 Oktober 2021 di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya/Art Center, Denpasar.

Inti gagasan buku itu, Bali perlu melakukan transformasi ekonomi dengan menggunakan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kebudayaan yang dimiliki Bali untuk membangun fundamen ekonomi Bali yang harmonis, berbasis kearifan lokal, ramah lingkungan, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan.

BACA JUGA:  Jaksa Agung: Pesan Netralitas ASN Kejaksaan Menjadikan Kejaksaan Independen dalam Penegakan Hukum

Ekonomi Kerthi Bali yang dirilis Koster menjadi relevan jika dikaitkan dengan situasi Bali terkini yang sedang dilingkupi wabah Pendemi Covid 19 yang belum jelas masa akhirnya.

Perekonomian Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata (56,78%) saat ini tengah menghadapi ujian yang cukup pelik.

Badan Pusat Statistik (2020) misalnya, mencatat aktivitas pariwisata Bali mengalami penurunan drastis pada Triwulan I-2020, di antaranya pada (1) Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum tercatat tumbuh negatif sebesar 9,11 persen; (2) Kategori Transportasi dan Pergudangan tumbuh negatif sebesar 6,21 persen; dan (3) Kategori Jasa Lainnya tumbuh negatif sebesar 2,82 persen.

Sementara kontribusi sektor di luar pariwisata relatif kecil, bahkan berpotensi terus mengalami penurunan.

BACA JUGA:  Wakil Jaksa Agung Dr. Sunarta: Fungsi Pertimbangan Hukum oleh JAM DATUN Mendukung Upaya Pemerintah Sukseskan Pembangunan Nasional

Dalam pemikiran Koster, sudah waktunya bagi Bali mengembangkan perekonomian yang tak lagi menggantungkan pada satu sektor saja, yakni pariwisata.

Bagi Koster, sektor pariwisata sangat rentan terhadap bencana, baik alam maupun non-alam. Oleh karenanya, Koster ingin Bali menyesuaikan diri dengan perubahan eksternal di mana dunia telah mengalami kemajuan di semua aspek, termasuk teknologi digital.

Dalam konteks itu, Koster merasa perlu mengakomodasi perkembangan eksternal tersebut demi memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali.

Tetapi Koster menegaskan, untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali itu harus didasarkan pada kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal Bali.

Hemat saya, apa yang dikemukakan Koster ini merupakan sesuatu yang visioner. Pemikiran ini menjadi visioner ketika Koster mencoba membungkus gagasan itu dengan kerangka yang lebih kuat dan tahan lama, yakni nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat Bali.

BACA JUGA:  Festival Lelakut di Jembrana, Dukung Kearifan Lokal

Tradisionalisme dalam pandangan Koster adalah keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal. Di sinilah letak kekuatan pemikiran Koster karena dengan demikian akan menggerakan semua sumberdaya yang ada, seperti pertanian, Kelautan dan kerajinan rakyat, untuk memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan krama Bali.

Kita ingin menyebut pemikiran Koster ini sebagai Kosterenomic yakni gagasan ekonomi ala Koster yang mencoba menciptakan ekonomi Bali yang berdaya tahan kuat dengan pendekatan komprehensif yakni struktur dan fundamental perekonomian Bali itu harus kontekstual.

Artinya pembangunan ekonomi Bali harus mengadopsi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Bali **

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *