Konsumsi Cukup Omega-3 untuk Kesehatan Otak Masa Tua

DENPASAR, MENITINI.COM – Asam lemak omega-3 memiliki banyak manfaat dan berperan dalam kesehatan jantung dan fungsi kognitif. Sebuah studi baru menunjukkan adanya hubungan antara omega-3 dan peningkatan fungsi otak pada populasi paruh baya. Studi ini sekaligus menganalisis dari hasil rekam otak MRI dan keterampilan berpikir. Hasilnya, orang yang memiliki kadar omega-3 lebih tinggi di usia paruh baya memiliki keunggulan keterampilan pikir dibandingkan populasi pada umumnya.

Mungkin bagi banyak orang, omega-3 bukanlah hal baru. Bahkan beberapa sudah rutin mengkonsumsi dalam bentuk suplemen. Tapi apakah Anda pernah menggali lebih lanjut fungsinya? Simak beberapa informasi dan rangkuman penelitian berikut!

Seputar Omega-3

Menurut National Institutes of Health (NIH), asam lemak omega-3 adalah sekelompok asam lemak tak jenuh ganda yang penting untuk sejumlah fungsi dalam tubuh. Selain berperan dalam kesehatan jantung dan fungsi kognitif, ia juga merupakan bagian dari membran sel dan memengaruhi fungsi sel. Menurut Prof. Stuart Phillips, beberapa lemak yang kita konsumsi, dan khususnya omega-3 atau rantai panjang sebenarnya termasuk dalam lemak esensial. Kita perlu memilikinya dalam makanan kita karena kita tidak memiliki kemampuan untuk membuatnya sendiri dengan cukup.

Ada 3 jenis asam lemak omega-3: asam alfa-linolenat (ALA), asam eicosapentaenoic (EPA), dan asam docosahexaenoic (DHA). Dari 3 jenis ini, sasaran fungsinya tentu berbeda pada tubuh kita. Rekomendasi harian untuk orang dewasa adalah sebagai berikut :

  • Pria 1.6 g
  • Wanita 1.1 g
  • Remaja, bumil dan busui 1,3-1,4 g
BACA JUGA:  Dinas Perikanan Badung Gelar 'Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan'

Rekomendasi ini hanya untuk jenis ALA karena para ahli belum menetapkan rekomendasi untuk dua asam lemak lainnya. Tidak melulu dalam bentuk suplemen, kita dapat mengambil manfaat melalui sejumlah makanan. Beberapa sumber omega-3 yang terbaik seperti ikan-ikanan (salmon dan tuna), kacang-kacangan dan biji-bijian (biji chia dan biji rami).

Studi Efek Omega-3

Para peneliti mempelajari 2.183 pria dan wanita dengan usia rata-rata 46 tahun. Mereka mengecualikan orang-orang yang menderita demensia atau riwayat stroke dari kelompok partisipan mereka. Menggunakan sampel darah, para peneliti menganalisis komposisi asam lemak masing-masing peserta. Para peserta juga menyetujui otak mereka dipindai menggunakan teknologi MRI.

Para peneliti tertarik pada volume materi abu-abu dan putih yang ada di otak, terutama di hippocampus. Hippocampus sendiri berperan dalam pembelajaran dan memori. Ketika volumenya berkurang, akan menunjukkan gejala demensia. Para peserta juga menjalani penilaian neurologis seperti pemikiran abstrak, kecepatan pemrosesan, fungsi eksekutif, dan memori episodik yang tertunda.

Omega-3 dan Kesehatan Otak

Membandingkan sampel darah, hasil MRI, dan penilaian neurologis, penulis penelitian menentukan bahwa kadar asam lemak omega-3 yang lebih tinggi berkorelasi dengan volume hippocampus yang lebih tinggi dan penalaran abstrak yang lebih baik. Para peneliti mengamati bahwa orang-orang dalam kelompok tinggi juga memiliki volume materi abu-abu yang lebih tinggi, skor membaca dan skor penalaran logis yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang dalam kategori rendah cenderung kurang tertarik dalam hal akademis, cenderung menjadi perokok dan menderita diabetes.

BACA JUGA:  Kasus Naik Signifikan, Waspadai Penularan Flu Singapura

Studi eksplorasi ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan positif dengan volume hippocampus yang lebih besar. Sehingga memiliki kinerja yang lebih baik dalam penalaran abstrak, kesehatan kognitif, kemampuan berbaur dengan komunitas, serta ketahanan kognitif pada usia lanjut nantinya. Untuk efek jangka panjangnya tentu masih memerlukan penelitian lebih lanjut dan waktu yang panjang.

Pola Diet dan Kesehatan Otak

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian serupa adalah kategori usianya. Pada kategori usia populasi paruh baya tentu masih banyak faktor yang perlu dipertimbangkan jika kita bandingkan dengan populasi lansia. Menurut peneliti, tantangan utama adalah bahwa intervensi diet mungkin berpengaruh. Bila perlakuan bersamaan dengan intervensi pola diet, bisa saja hasil positif diikuti dengan perbaikan gejala pada populasi bergejala. Berdasarkan pernyataan Prof. Satizabal, memperbaiki pola makan adalah salah satu kunci meningkatkan kesehatan otak kita. Jika seseorang dapat meningkatkan ketahanan kognitif mereka dan berpotensi menangkal demensia dengan beberapa perubahan sederhana pada diet mereka, itu bisa berdampak besar pada kesehatan masyarakat.

BACA JUGA:  Pengelolaan RSU Adhyaksa Dialihkan ke Kejaksaan RI

Sejalan dengan pemikiran ini, Dr Natalie King, seorang ahli saraf mengatakan bahwa semua yang kita lakukan dan konsumsi mempengaruhi otak kita baik jangka pendek maupun jangka panjang. Asam lemak omega-3, khususnya, telah terbukti bermanfaat dalam meningkatkan fungsi mental serta mendukung kesehatan secara keseluruhan. Menurut beliau, omega-3 sangat bermanfaat ketika kita juga mempertimbangkan patologi mental seperti gangguan mood dan lainnya yang memengaruhi pembelajaran dan memori. Terkait penggunaan, beliau menyarankan dalam moderasi. Artinya, penelitian lebih lanjut masih perlu dan disertai pengendalian simultan dengan molekul lain untuk mencapai efek positif maksimal.

Jadi, apakah Anda salah satu yang sudah mengkonsumsi omega-3 secara rutin tiap hari? Ataukah Anda termasuk yang tidak mengkonsumsi sama sekali?

Sejauh tidak ada penelitian dan efek samping negatif, tidak ada salahnya kita konsumsi. Apalagi jika otak ikut mendapat manfaat awet muda. Tentu kita ingin menua dengan anggun, tidak hanya penampilan saja namun juga fungsi pikir. (M-010)