Sabtu, 27 Juli, 2024

Ratusan masyarakat daari Desa Tanjung Benoa bersama tim dari Bali Waste Cycle (BWC) dan Waste Hub serta, berbaur melakukan pembersihan pesisir pantai, Sabtu (11/5/2024). (Foto: M-011)

DENPASAR,NENITINI.COM – Kegiatan membersihkan pesisir pantai dan bawah laut digelar di Tanjung Benoa, Badung Bali, Sabtu (11/5/2024). Pembersihan tersebut meliputi kawasan snorkling dan sea walker yang ada di daerah tersebut dengan mengerahkan kapal pembersih sampah Arika milik PT. MOL, 12 orang penyelam dari perusahaan Water Sport yang ada di Desa Adat Tanjung Benoa, dan 177 masyakarat peduli lingkungan dari Desa Adat Tanjung Benoa.

Kegiatan yang bertajuk Beach Clean Up, Waste Trip, Under Water Clean Up diinisiasi oleh Yayasan Wastehub Alam Lestari dan Bali Waste Cycle (BWC).

Tim Waste Hub melakukan pemilahan sampah yang nantinya akan diaudit. (Foto: M-011)

Pendiri Yayasan Wastehub, Ranitya Nurlita dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan program yang diinisiasi sejak 2022 dengan nama Oceanability, yaitu suatu program yang fokus terhadap pemberdayaan masyarakat di kawasan pesisir dan kepulauan, untuk menyelamatkan laut, tidak hanya di pantai tetapi juga di bawah laut dari sampah yang semakin berdampak buruk terhadap lingkungan dan alam. Program ini berawal di Labuan Bajo, dan saat ini diimplementasikan di Bali. Ia juga mengatakan bahwa sampah-sampah yang dapat dikumpulkan dalam kegiatan itu, nantinya akan dikelola dan diaudit.

“Audit sampah untuk melihat produk-produk dan brand apa aja yang banyak terdapat di dalam laut dan juga di pantai, agar nantinya masyarakat juga lebih bijak dan bertanggunh jawab” ujar wanita yang akrab dipanggil Lita ini.

BACA JUGA:  Selama Gelaran WWF, 250 Ton Sampah di Badung Ditampung di 36 TPS3R dan TPST Mengwitani

Lebih lanjut saat diwawancarai usai dirinya ikut menyelam mengambil sampah di bawah laut, Lita menjelaskan, di bawah laut banyak ditemukan berbagai macam sampah, diantaranya sampah jaring kapal, tali, botol kaca, botol-botol plastik, besi, kresek, bungkus saset, piring, pita-pita sisa dari sea walker dan juga sisa-sisa pembangunan.

Menurut Lita, perusahaan water sport menggunakan tempat tersebut sebagai tempat kegiatan bisnisnya, mempunyai tanggung jawab membersihkan.

“Yang mereka lakukan itu membersihkan area termasuk batu karang, karena di sana kan arus cukup deras ya, jadi banyak lumut-lumut juga, jadi mereka membersihkan karang. Cuma kegiatan itu tidak dilakukan tiap hari, namun bisa saja sebulan sekali, tetapi itu tanggung jawab masing-masing water sport, dan ini kali pertama para water sport bergotong royong membersihkan bawah laut” ujar Lita.

Pendiri Waste Hub Ranitya Nurlita bersama Direktur BWC Olivia Anastasia Padang menunjukkan sampah bawah laut Tanjung Benoa. (Foto: Istimewa)

“Kan ada 23 water sport, baik itu dari desa adat maupun dari swasta. Jadi mereka punya tanggung jawab masing-masing, termasuk kolaborasi seperti dilakukan hari ini,” tambah Lita.

Ia juga mengatakan, pihaknya mempunyai rencana kegiatan di tanjung Benoa dalam waktu beberapa bulan ke depan. Progam Oceanability diharapkan tidak hanya sehari saja, namun bisa berkelanjutan khususnya di Tanjung Benoa.

BACA JUGA:  Jelang Pertemuan WWF ke-10, TPA Suwung Malah Terbakar, Keluarkan Asap Membubung Tinggi 

“Makanya kita menggandeng Desa Adat Tanjung Benoa, tujuan setelah ini kita akan melakukan fundraising. Agar program ini bisa terus berjalan, kita melibatkan kegiatan under water dan beach clean up secara rutin paling enggak sebulan sekali dengan melibatkan kapal Arika agar terus bisa beroperasi dan membersihkan sampah laut. Selain itu bisa mengedukasi wisatawan yang datang di Tanjung Benoa, bahwa penting pemilahan sampah agar lokasi tetap selalu bersih,” tegas Lita.

Sementara Direktur BWC, Olivia Anastasia Padang saat diwawancara mengatakan, kegiatan tersebut sangat menarik karena menunjukkan kolaborasi dari pihak desa, yayasan Wastehub, dari swasta seperti BWC, dan juga para pemilik bisnis di seputar pantai Tanjung Benoa dan masyarakat sekitar.

Olivia juga menekankan bahwa kegiatan seperti itu bukan soal aksi, karena kalau dilihat dari hasil pengumpulan sampah tidak signifikan. Namun kegiatan seperti itu diharapkan bisa menambah kesadaran semua pihak bahwa harus menjaga lingkungan, membersihkan sampah, dan tidak membuang sampah ke laut.

Masyarakat dari Desa Tanjung Benoa dan tim Bali Waste Cycle (BWC) serta Waste Hub, berfoto bersama usai kegiatan pemersihan sampah di pesisir pantai dan bawah laut Tanjung Benoa. (Foto: M-011)

Lebih lanjut Olivia menjelaskan, kendala dalam menangani sampah di pesisir laut adalah tidak dapat diprediksinya banyak sedikitnya sampah, karena tergantung dari arus dan arah angin. Sehingga menurutnya teknologi seperti kapal Arika harus dijalankan harus secara smultan.
“Jadi kalau satu kali kegiatan seperti ini tidak akan kelihatan. Arika (kapal pembersih sampah laut) sendiri dibuat sebagai teknologi pengumpulan sampah di laut yang bisa memberikan solusi yang dapat digunakan dalam jangka panjang. Kalau tiap hari jalan volume sampah akan kelihatan dan dampaknya akan lebih terlihat,” jelasnya.

BACA JUGA:  Musim Sampah Kiriman Berakhir, 1.464 Ton Sampah Berserakan di Periode Januari-April

Dirinya juga mengharapkan bisa bekerja sama dengan yayasan seperti Wastehub, bisa membuat program jangka panjang untuk penanganan sampah laut dengan menggunakan teknologi yang bagus, seperti kapal pembersih sampah laut Arika. “Apalagi ini teknologi dari Jepang, kita kolaborasi dari negaranya juga,” ujar Olivia.

Jero Bendesa Adat Desa Tanjung Benoa, I Made Wijaya, SE turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan terima kasih atas digelarnya acara pembersihan di pesisir pantai itu. Ia mengharapkan kegiatan seperti itu bisa dilakukan setidaknya dua kali dalam setahun, sesuai dengan agenda Desa Benoa.

“Agenda ini (kegiatan bersih-bersih pantai, red), wajib berjalan seperti yang saya cita-citakan satu tahun minimal dua kali kebersihan, kepedulian terhadap lingkungan kita lakukan,” ujar Bendesa Adat Desa Tanjung Benoa, I Made Wijaya dalam sambutannya. Ia juga mengatakan bahwa kegiatan tersebut juga untuk mengawali event internasional yang akan digelar yaitu World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar di Bali mulai 18-25 Mei 2024.

Dalam Kegiatan membersihan pesisir pantai dan bawah laut tersebut, sampah yang terkumpul yaitu sampah dari bawah sebanyak 31 kg, dengan penyelam sebanyak 12 orang dalam waktu setengah jam. Sementara sampah dari pemungutan di pesisir pantai, yang residu sebanyak 198,07 Kg, sampah sebanyak 10,24 kg. Sampah dari kapal Arika sebanyak 61 Kg yang kebanyakan merupakan sampah rumput laut. Sampah-sampah hasil dari kegiatan tersebut selanjutnya dibawa ke TPS3R Panca Lestari. (M-011)

  • Editor: Daton