In Memoriam: Mengenang Wartawan Senior Asal NTT Daniel Tifa

Oleh : Hans Itta

DANIEL TIFA mengkakhiri pertandingannya dengan baik dan tenang pada Selasa pagi (21/7/2020) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Dia telah pergi menghadap Sang Pencipta dan sudah tenang berada di sana.

DAN TIFA, begitu kami wartawan di era Orde Baru biasa menyapanya. Putra kelahiran Manlea, Kabupaten Belu, Timor ini dikenal oleh teman-teman wartawan seangkatan sebagai sosok yang low profile. Jebolan Akademi Wartawan Surabaya (AWS) ini memulai profesinya sebagai jurnalis di Surabaya kemudian bergabung dengan harian “SUARA KARYA” Jakarta lalu ditempatkan di Denpasar, Bali hingga pensiun sekitar tahun 2001. Setelah pensiun, Dan Tifa tetap stay di Bali bersama anak dan cucunya.

Teringat dengan Dan Tifa, ketika tahun 2006 saya mengajaknya menulis buku “BELU: PEMIMPIN DAN SEJARAH” Kami berdua menghabiskan waktu di Kota Atambua selama hampir tiga bulan. Banyak kisah menarik bersama Dan Tifa selama di sana.

Ketika dua tahun lalu saya di Bali, Dan Tifa bertandang ke Mes Harian Bali Tribune di Jalan Tkad Badung, tempat saya tinggal di Denpasar. Hampir 4 jam kami melepas kangen setelah sekian tahun tak bersua. Bahkan beberapa bulan lalu saya masih sempat bertelepon sekedar menanyakan keadaannya. “Saya baik-baik saja,” katanya. Hanya saja, tambahnya, mata saya semakin parah. Ya, karena beberapa tahun yang lalu, dioperasi di Rumah Sakit Sanglah karena Katarak.

Empat hari yang lalu, saya masih menghubunginya lewat telepon, tapi tak direspon. Saya berpikir, mungkin tak mendengar nada panggilan masuk. Eee… ternyata, Selasa pagi (21/7) Bernard wartawan harian Bali Tribune mengambarkan melalui grup WA kalau Dan Tifa ayah dari Victor yang juga adalah wartawan Harian Bali Tribune, telah meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

Berita duka itu membuat saya terhentak sejenak! Sedih, karena merasa kehilangan seorang sahabat. Semasa dia hidup, dan jika ke Kupang dia memang tak lupa mengunjungi teman-teman wartawan, salah satunya yang dikunjungi adalah Bung Jack Adam wartawan Suara Pembaruan.

Memang perjalanan hidup manusia di tangan Tuhan; kapan DIA akan memanggil pulang, siang atau malam, itu serba rahasia.

Wartawan NTT di perantauan kembali berduka. Sebelumnya, Bung Aco Manafe dan Bung Gerson Poyk di Jakarta. Lalu menyusul Bung Peter Rohi di Surabaya pada Juni lalu, dan kini disusul oleh Daniel Tifa di Bali.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *