Deflasi Bali Melampaui Nasional, Ini Penjelasan BPS dan Bank Indonesia

DENPASAR, MENITINI.COM – Pada Agustus 2020, Provinsi Bali kembali mengalami deflasi. Penurunan harga terjadi pada kelompok makanan dan barang yang diatur pemerintah.  

Penurunan harga sebagian besar disebabkan berlanjutnya penurunan harga pada komoditas daging ayam ras, angkutan udara, sekolah dasar, bawang merah, dan pisang.

Menurut catatan BPS Provinsi Bali,  deflasi sebesar -0,16% (mtm), masih menunjukkan deflasi dari bulan sebelum (-0,39% (mtm)). Deflasi Bali lebih dalam dibandingkan dengan deflasi nasional yang tercatat sebesar -0,05% (mtm). Deflasi terjadi di dua kota IHK yaitu Denpasar sebesar -0,12% (mtm) dan kota Singaraja sebesar -0,42% (mtm).

Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 1,32% (yoy).

BACA JUGA:  Pasar Mardika yang Baru Diresmikan Pemprov Maluku, Tak Mampu Tampung Pedagang

Kelompok makanan mengalami deflasi sebesar -2,01% (mtm), lebih dalam jika dibandingkan dengan Juli 2020 (-1,37%, mtm).

Penurunan terdalam berlanjut untuk komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan pisang. Turunnya harga bawang merah terjadi seiring dengan sudah dimulainya panen bawang merah di berbagai sentra nasional di tengah permintaan yang stabil.  

Adapun penurunan harga daging ayam disebabkan normalisasi pasokan pasca langkanya daging ayam semester I 2020. “Kelompok barang administered price tercatat deflasi sebesar -0,50% (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara.

Penurunan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan maskapai untuk meningkatkan jumlah penumpang,”  kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali Trisno Nugroho, Kamis (3/9/2020).

BACA JUGA:  Jelang Hari Raya, Masyarakat Menjerit LPG 3 Kg Langka

Sementara itu, kelompok barang  core inflation pada bulan Agustus mencatat inflasi sebesar 0,34% (mtm), naik dibandingkan dengan bulan Juli yang deflasi sebesar -0,11% (mtm).

Peningkatan ini terjadi terutama didorong oleh peningkatan harga emas perhiasan, canang sari, dan air kemasan. Peningkatan harga emas perhiasan disebabkan oleh peningkatan harga emas dunia yang masih berlanjut akibat re-emergence COVID-19 di beberapa negara.

Sementara itu, naiknya harga canang sari sejalan dengan mulai dibukanya industri pariwisata serta menyambut rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan. “Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada September 2020 akan tetap terkendali.

Meskipun demikian, adanya Hari Raya Galungan dan peningkatan kegiatan pariwisata pada September 2020 berpotensi memberikan tekanan harga,” paparnya.

BACA JUGA:  Dinas Koperasi Badung Gelar Diklat Uji Sertifikasi dan Kompetensi SDM

TPID kabupaten/kota dan Provinsi Bali,  senantiasa menjalankan program 4K (kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif) serta mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan komoditas pertanian utamanya hortikultura.poll

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *