Anggaran Dipangkas, Target Kunjungan Wisman Badung Diturunkan, Kata Pengamat, Ini Aneh!

BPPD dan PHRI Jangan Andalkan dana Daerah

DENPASAR, MENITINI.COM – Memang agak unik dan aneh, di Pemerintah Kabupaten Badung. Bayangkan dalam satu tahun menurunkan tiga kali Pendapatan Asli Daerah. Dari awal 9,7 triliun, turn menjadi 6,7 triliun dan turun lagi,5,18 triliun. Penurunan ini  diperkirakan target yang dipasang meleset karena pendapatan meleset juga.

Hingga Juni 2019, PAD Badung baru terkumpul Rp 2 triliun lebih. Oleh karena itu, target Rp 6,7 triliun diturunkan menjadi Rp 5,18 triliun. Artinya, ada sekitar Rp 1,52 triliun yang tidak dicapai. Akibatnya, sejumlah anggaran pun ikut dipangkas salah satunya adalah promosi pariwisata ke luar negeri.

Karena anggaran promosi dipangkas, Dinas Pariwisata Badung juga terpaksa menurunkan target kunjungan wisman yang sebelum ditarget 6,6 juta wisman menjadi 6 juta wisatawan di tahun 2019. Padahal sebelumnya, dinas yang kini anggaran promosi pariwisata dipangkas ini optimis target wisatawan terpenuhi.

Tiga wisatawan mancanegara (wisman) menikmati obyek wisata pantai

Meski demikian, kata Badra secara umum kunjungan wisatawan di Badung mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hanya saja menurutnya kini ada tren penurunan kunjungan. Penurun itu disebut karena sekarang tidak hanya Bali yang menjual pariwisata di Indonesia. “Banyak kini di Indonesia yang juga menjual pariwisatanya. Sehingga secara langsung akan mempengaruhi kunjungan wisatawan di Bali kususnya di  Badung,” katanya.

Dengan adanya permasalahan tersebut, pihaknya di Dinas Pariwisata pun kembali menurunkan target kunjungan wisatawan yang datang ke Gumi Keris. Bahkan untuk tahun 2019 ini pemerintah Kabupaten Badung menargetkan kunjungan wisatawan menjadi 6 Juta, dengan target sebelumnya sebesar 6,8 Juta wisatawa.

Made Badra, Kepala Dinas Pariwisata Badung

Birokrat asal Kuta itu menjelaskan untuk di anggaran perubahan promosi pariwisata di Badung hanya dilakukan di London. Pasalnya sesuai jadwal di akhir tahun Badung melakukan promosi ke London. “Untuk anggaran kami belum pastikan, nanti akan kita ajukan. Yang jelas tahun ini di perubahan kita ke London saja,”ujarnya.

Disinggung mengenai pergelaran Festival Indonesia di Moskow, Badra yang juga menjabat sebagai Plt Kepala Dinas Perikanan itu memastikan akan batal. Hal itu pun karena terbentur anggaran. “Festival Indonesia di Moskow sekarang kita tidak ikut, karena masalah anggaran. Mungkin akan kita anggarkan tahun depan,” katanya.

Ditanya sejauh mana penting Festival Indonesia tersebut, Badra mengatakan sangat penting. Ia menuturkan dalam Festival Indonesia di Moskow, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ada di Rusia mengundang Provinsi atau Kabupaten/Kota di Bali untuk ikut dalam festival tersbut. Dalam festival itu, lanjut Badra semua persiapan sudah disiapkan oleh KBRI. Sehingga perwakilan Bali bisa menunjukan seni dan Budaya serta destinasi yang ada di Badung.

“Disana (Moskow-red) untuk Indonesia atau Bali, KBRI sudah ada Gambelan dan prasarana yang lain. Kita hanya membawa seniman kesana, dan mengisi pameran disana,” katanya sembari mengatakan juga melakukan promosi melihatkan wisatawan di Bali.

Menurutnya,  anggaran yang dirasionalisasi untuk anggran Festival Indonesia di Moskow sebesar Rp 1,5 Miliar. Namun pihaknya mengaku akan kembali menganggarkan promosi dan festival Indoseia pada tahun 2020. Sehingga dunia pariwisata di Bali kususnya di Badung kembali meningkat. “Promosi itu juga sangat penting untuk peningkatan kunjungan. Karena kita juga kerja sama dengan negara yang mayoritas masyarakatnya datang ke Bali,” katanya. “Namun kini kami fokus untuk menata destinasi wisata yang ada dulu. Kami lakukan penataan termasuk penatan Desa Wisata di Badung,” katanya.

Praktisi pariwisata yang bergerak di bidang MICE mengatakan, mestinya target kunjungan wisman di Badung tak perlu diturunkan. Menurutnya, Badung itu itu pusatnya pariwisata, semua sarana akomodasi berbintang-bintang ada di Badung. Ada Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung dan PHRI.  “Badung kan ada BPPD, ada PHRI. Jangan hanya andalkan anggaran pemerintah. Kawan kawan selalu berpikir sudah bayar PHR dan kewajiban mereka, lalu menuntut hak dari pemerintah. Ini gak benar menurut saya. Semua hotel dan restoran dan sarana penunjang lain punya dana promosi. Ingat, PHR itu titipan wisman untuk negara atau daerah. BPPD dan PHRI mestinya lebih kreatif, kumpulkan member PHRI dan minta dukungan. Dulu tanpa BPPD saja promosi kita keluar negri tetap jalan,”katanya sembari meminta namanya tak dikorankan saat ngopi bareng di Bali Bakery, usai jogging, Jumat, (9/8/2019) pagi pukul 9.30 wita. poll

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *