Image
Pemaparan materi pelaksanaan KTT AIS pertama di Dunia dengan tuan rumah Indonesia. (Foto: M-003)

51 Negara Bahas Empat Isu Utama di KTT AIS Bulan September 2023 di Nusa Dua

BADUNG,MENITINI.COM-Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia ingin berkontribusi lebih besar terhadap kondisi global. Indonesia menjadi leader penginisiasi perhelatan KTT Archipelago and Island States (AIS) yang akan dilaksanakan tanggal 11 September 2023 di Nusa Dua.

Sejumlah best practises akan ditawarkan Indonesia dalam menghadapi permasalahan global di Negara kepulauan. Hal tersebut sebagai komitmen Indonesia menjaga maritim, melalui kolaborasi berbagai pemangku kepentingan di belahan dunia.

Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary, SE, MM menerangkan, AIS Forum merupakan wadah kerjasama negara pulau dan kepulauan di dunia, yang memiliki keanggotaan 51 negara. Forum tersebut bertujuan memperkuat kolaborasi dan  mengatasi permasalahan global dengan 4 isu utama.  

Pertama,  mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ekonomi biru, penanganan sampah plastik di laut, serta tata kelola maritim yang baik. Forum ini juga bertujuan merangkum pentingnya solidaritas sebagai landasan kolaborasi dan memanfaatkan AIS forum sebagai platform untuk bergotong royong, melahirkan inovasi dan membangun ekonomi laut yang sehat dan berkelanjutan. “Ini sangat penting sekali bagi Indonesia, sebab Indonesia memiliki 17 ribu pulau dan menjadi negara ke 2 setelah China yang mengalami permasalahan plastik di laut,” ungkapnya di Nusa Dua, Rabu (9/8/2023).

Perhelatan KTT AIS di Nusa Dua, sekaligus dapat menguatkan posisi Indonesia di kancah global. Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17 ribu pulau, tentunya forum itu akan mampu menjadikan Indonesia dipandang sebagai negara kuat di kancah global kemaritiman. Sampai saat ini sudah ada sekitar 25 negara yang memastikan akan hadir dalam acara tersebut.

BACA JUGA:  Terbitkan 378 Surat Rekomendasi Penerbitan Air Bawah Tanah, Begini Dalil Pejabat Perumda Tirta Mangutama

Tema utama AIS Forum 2023 adalah “Fostering Collaboration, Enabling Innovation, for our Ocean and Our Future” dengan menekankan pada blue economy, our ocean, our future, dan solidarity.

Senior Adviser for Climate Governance UNDP Indonesia, Abdul Wahid Situmorang menambahkan, ada 3 faktor mengapa AIS Forum menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia dan negara pulau dan kepulauan lainnya. Pertama, sebagai negara kepulauan, laut menjadi tulang punggung bagi perekonomian, serta menjadi denyut nadi masyarakat yang tinggal di seluruh pulau di belahan dunia. “Oleh karena itu menjaga lautan dan memanfaatkan laut secara berkelanjutan menjadi hal yang sangat penting sekali,” katanya

Kedua, diperlukan beragam solusi yang pintar, solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan saat ini. Solusi yang ingin  ditawarkan dan ingin dikerjasamakan dalam forum ini adalah solusi yang bisa dipergunakan dan tidak asing bagi pengguna, solusi yang tidak hanya dimiliki oleh negara-negara maju, tetapi juga oleh negara berkembang yang bisa dipergunakan oleh negara lainnya.

Karena itu, pihaknya mengumpulkan berbagai macam solusi yang juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia, para pemangku kepentingan di Indonesia dan pemangku kepentingan di negara pulau dan kepulauan. “Solusi tersebut yang dipergunakan sebagai platform untuk bekerjasama dengan negara pulau dab kepulauan yang lainnya,” katanya.

Ketiga, setelah 4 tahun AIS Forum disepakati, pada paruh semester 2023 ini sekretariat telah mengadakan berbagai kegiatan dan program di 7 negara. Mereka sangat menyambut baik, karena melihat bentuk kerjasama konkrit seperti itu yang sangat dibutuhkan oleh negara pasifik. Pada paruh kedua tahun 2023, pihaknya kembali melaksanakan kegiatan di Jamaica, Guyana, Papua New Guinea dan United Kingdom (Britania Raya).

BACA JUGA:  Air Danau Batur Berubah Warna, Diduga Ini Sebabnya

Keempat, AIS Forum tidak hanya forum yang berlangsung setiap setahun sekali. Tapi juga bagaimana forum yang dibuat itu melakukan berbagai kegiatan nyata bersama dengan pemerintah di negara tersebut dan pemangku kepentingan, utamanya anak muda dan perempuan yang selama ini belum dioptimalkan kemampuan untuk bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi oleh negara pulau dan kepulauan. Seperti perubahan iklim, pencemaran di laut, sampah plastik, memanfaatkan ekonomi biru (blue ekonomi) yang berkelanjutan dan mengelola laut dalam konteks tata kelola yang baik.

Sementara, Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kemenkomarves, Sora Lokita menceritakan AIS Forum pertama kali muncul di tahun 2017. Pada waktu itu Indonesia berpikir sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, ingin berkontribusi kepada dunia. Selama ini negara kepulauan dan pulau memiliki tantangan yang sama, bukan hanya tentang pengembangan potensi ekonomi biru, climate change, suistainable fish treats. Negara pulau dan kepulauan memiliki tantangan yang sangat besar, baik dari konektivitas, pemberdayaan masyarakat pesisir, marine polution dan sebagainya. Hal itu dikarenakan mereka memiliki karakteristik yang sama secara geografis. Atas dasar itu, Indonesia memiliki best practises yang ingin disampaikan. “Kita ingin sama-sama membuat gerakan global, bagaimana cara pintar ini bisa kita gerakkan dari seluruh penjuru dunia dari negara pulau dan kepulauan. Dengan harapan, gerakan ini menjadi lebih masif, sehingga negara pulau dan kepulauan dapat mengatasi tantangan secara bersama-sama,” paparnya. 

BACA JUGA:  Air Laut Pasang Evakuasi Sampah Kiriman Tidak Maksimal

Indonesia sudah lama tidak memimpin sebuah gerakan global, yang idenya, inisiatif dan gerakannya di dorong dari Indonesia. Terakhir kali gerakan global yang digaungkan Indonesia pada tahun 1994, yaitu Gerakan Non Blok. Karena itu AIS Forum juga menjadi suatu kelanjutan bagaimana Indonesia memimpin gerakan global kedepan.

Atas dasar tersebut dirangkul negara kepulauan dan disampaikan inisiatif Indonesia untuk bekerja bersama mereka selama ini. Kemudian dibuat berbagai program dan kegiatan konkrit yang berasal dari kepentingan masyarakat di lapangan, untuk menunjukan bahwa AIS Forum bukan hanya forum ngobrol, arisan selayaknya forum di dunia yang lain. Indonesia ingin menunjukan bahwa Ais forum adalah sarana yang membuat sebuah program dan kegiatan yang konkrit, yang menguntungkan bagi negara kepulauan dan penduduknya.

Diakuinya, KTT AIS memang berlangsung selama 1 hari. Namun proses panjang sudah berjalan sejak tahun 2017, sehingga tingkat ministrial negara forum kemudian memandatkan Indonesia sebagai tuan rumah untuk KTT pertama yang dilaksanakan September nanti. AIS Forum banyak sekali memiliki program kongkrit solusi, yang membuat negara kepulauan sangat mensupport leadership Indonesia. (M-003)

  • Editor: Daton

Berita lainnya:

Berita Terkait

Jelang Pertemuan WWF ke-10, TPA Suwung Malah Terbakar, Keluarkan Asap Membubung Tinggi 

DENPASAR, MENITINI.COM-Menjelang Pertemuan World Water Forum (WWF) Ke-10 di Nusa Dua Bali yang akan tanggal 18-25 Mei 2024,…

ByByRedaksiMei 9, 2024

Sampah Menumpuk dan Berserakan di Lahan Kosong Bukit Bintang Ungasan

BADUNG, MENITINI.COM – Untuk mengendalikan pembuangan sampah sembarangan di lahan kosong Bukit Bintang, LPM Desa Ungasan melakukan pengetatan pengawasan.…

ByByRedaksiMei 7, 2024

Delegasi The 2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and the Pacific, Diajak Tanam Bakau

NUSA DUA,MENITINI.COM-Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak delegasi “The…

ByByRedaksiMei 4, 2024

Gelaran WWF ke-10, TPA Suwung Ditutup Tiga Hari, Ini Alasannya

BADUNG,MENITINI.COM-Operasional TPA Suwung ditutup selama tiga hari menyusul pelaksanaan agenda World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali. Berkaitan…

ByByEditorMei 3, 2024