JAKARTA,
POS BALI — Pemerintah mewaspadai pengaruh musim kemarau
panjang terhadap inflasi. Sebab, kemarau panjang dikhawatirkan akan berpengaruh
pada pasokan komoditas pangan sehingga berpotensi mengerek harga.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku pihaknya telah
menyiapkan langkah antisipasi atas kondisi tersebut. “Kami terus
memonitor dan menyiapkan langkah. Apa langkahnya? Kami mau lihat Agustus ini
seperti apa,” katanya, Kamis (25/7).
Ia menuturkan Indonesia akan mengalami musim panen raya yang diprediksi berlangsung pada Agustus 2019. Oleh sebab itu, pihaknya akan mengawasi perkembangan pasokan komoditas hingga satu bulan ke depan. Harapannya, panen raya bisa memenuhi ketersediaan komoditas sehingga tidak terjadi kelangkaan di pasar. “Kami akan melihat dari sini ke Agustus seperti apa pengaruhnya. Sekaligus kami menunggu apakah ada perkembangan terjadi,” tuturnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sendiri memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada Agustus hingga September. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa berlanjut ke November. Itu berarti, puncak musim kemarau diramalkan berbarengan dengan panen raya
BMKG mencatat 7 provinsi yang telah melaporkan kekeringan. Dari 7 provinsi itu, 55 kabupaten atau kota telah status siaga darurat, yakni 25 kota di wilayah Jawa Timur, 12 di Jawa Tengah, 3 di NTB, 6 di NTT, 3 di Yogyakarta, dan 5 di Jawa Barat, serta 1 kota di Banten 003