Sederet Efek Ngeri Etilen Glikol

DENPASAR, MENITINI.COM – Kasus keracunan obat sirup di Indonesia rupanya bukanlah yang pertama terjadi di dunia. Belum lama ini, kasus serupa juga terjadi di Gambia. Dugaan sementara karena cemaran etilen glikol yang lebih tinggi dari batas ambang yang aman. Selain itu, adanya dugaan akumulasi metabolit.

Etilen glikol adalah salah satu jenis depresan sistem saraf pusat yang menghasilkan efek akut yang mirip dengan etanol. Efek ini dapat mendominasi selama jam-jam pertama setelah paparan. Jika tidak terdeteksi atau tidak diobati, etilen glikol dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan toksisitas yang serius atau fatal. Bagaimana mekanismenya? Apa saja efek sampingnya? Ikuti rangkuman redaksi dari register toksikologi CDC berikut!

Mekanisme Toksisitas Etilen Glikol

Toksisitas utama etilen glikol merupakan hasil dari metabolisme hepatik etilen glikol menjadi glikoaldehida, glikolat, glioksilat, dan oksalat. Metabolit ini menghambat fosforilasi oksidatif dan respirasi seluler, metabolisme glukosa dan serotonin, sintesis protein, replikasi DNA, dan pembentukan RNA ribosom.

Salah satu efek akut yang paling nyata seperti pada kasus Indonesia dan Gambia adalah depresi sistem saraf pusat, gagal jantung dan gagal ginjal akut yang bersifat atipikal. Ketiga hal ini adalah imbas dari akumulasi metabolit asam organik, terutama asam glikolat yang menghasilkan peningkatan anion gap pada asidosis metabolik.

Tahapan Intoksikasi Etilen Glikol

Pada teori awal di tahun 1950-an, ada 3 tahapan intoksikasi etilen glikol. Tahapan ini merupakan deskripsi teoritis dari keracunan etilen glikol, tetapi onset dan perkembangan perjalanan klinis seringkali tidak konsisten dengan temuan. Satu tahap mungkin mendominasi, sedangkan tahap lain mungkin tidak selalu muncul. Ketiga tahapan tersebut antara lain:

  • Tahap 1 (efek neurologis) terjadi dalam 30 menit-12 jam setelah konsumsi.
  • Tahap 2 (efek kardiorespirasi) terjadi antara 12-24 jam setelah konsumsi.
  • Tahap 3 (efek ginjal) terjadi antara 24-72 jam setelah konsumsi.
BACA JUGA:  Jaksa Agung ST Burhanuddin Lakukan Groundbreaking Pembangunan Awal RSU Adhyaksa Mojokerto

Efek Neurologis

Fase awal keracunan pada manusia ditandai dengan gejala serupa mabuk akibat zat yang tidak termetabolisme. Gambaran efek neurologis antara lain ataxia, bicara cadel, kantuk, mudah marah, kegelisahan dan disorientasi. Kemungkinan konsekuensi dari efek neurologis pada keracunan parah berupa sentakan mioklonik, kejang, koma bahkan kematian.

Edema serebral dan pengendapan kristal kalsium oksalat pada dinding pembuluh darah kecil otak berkontribusi terhadap toksisitas sistem saraf pusat ini. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan disfungsi otak berupa kepadatan di ganglia basal, thalamus, otak tengah, dan pons atas yang menurun. Temuan neurologis mencerminkan disfungsi semua area hipodensitas dan 24 hari setelah konsumsi mengungkapkan nekrosis pada putamen bilateral.

Menurut beberapa peneliti, efek pada saraf kranial muncul 5-20 hari setelah konsumsi. Efek saraf kranial berikut juga muncul setelah paparan akut:

  • Kelumpuhan wajah
  • Gangguan pendengaran
  • Disfagia
  • Oftalmoplegia
  • Gangguan penglihatan

Efek Respirasi

Etilen glikol yang terhirup dapat mengiritasi saluran pernapasan. Iritasi tenggorokan dan saluran pernapasan atas adalah keluhan yang paling umum setelah paparan eksperimental yang berkepanjangan pada manusia. Paparan 60 ppm aerosol etilen glikol menyebabkan iritasi pernapasan yang nyata. Pada kadar 80 ppm tidak dapat ditoleransi oleh saluran napas atas. Efek pada paru seperti edema, ARDS dan kegagalan napas biasanya terjadi 12-72 jam setelah paparan.

BACA JUGA:  Polio Paul, Selama 70 Tahun Hidup dengan Paru-paru Besi, Meninggal di Usia 78 Tahun

Efek pernapasan yang sering terjadi 12 jam atau lebih setelah terpapar adalah takipnea, hiperventilasi dan pernapasan Kussmaul. Ketiga efek ini mencerminkan kompensasi fisiologis untuk asidosis metabolik yang parah pada penyakit paru primer. Guna memperdalam temuan, pada otopsi korban terdapat edema paru dengan eksudat hemoragik difus, bronkopneumonia, serta deposit kristal kalsium oksalat di area parenkim paru.

Efek Kardiovaskular

Toksisitas zat ini juga memberi efek pada organ jantung alias kardiovaskular. Efek kardiovaskular berat terjadi pada 12-24 jam setelah menelan etilen glikol. Temuan awal berupa hipertensi atau hipotensi, disritmia (dari kelainan elektrolit), gagal jantung kongestif dengan edema paru kardiogenik. Dari gejala tersebut kemudian disusul kolapsnya sirkulasi, kegagalan pompa jantung dan kematian.

Efek Metabolik

Paparan etilen glikol ditandai dengan peningkatan osmolal gap dan asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap. Kondisi ini terjadi dalam rentang 24 jam setelah konsumsi. Asidosis terutama akibat akumulasi asam glikolat dan glioksilat. Asam oksalat dan asam laktat juga dapat berkontribusi.

Kondisi ini terjadi karena etilen glikol adalah molekul kecil yang aktif secara osmotik yang meningkatkan osmolalitas plasma, dan menyebabkan celah osmolal yang besar. Beberapa efek metabolik yang nampak antara lain kejang mirip tetanus, otot berkedut, kram dan kontraksi. kadang-kadang dapat terjadi akibat hipokalsemia, yang dihasilkan dari pengendapan kalsium oleh oksalat yang terbentuk selama metabolisme etilen glikol.

BACA JUGA:  7 Cara Terapkan Batasan Bercanda dan Bullying, Orangtua Wajib Tahu!

Efek Ginjal

Efek samping ginjal setelah konsumsi etilen glikol biasanya terjadi selama tahap ketiga atau 24-72 jam setelah paparan akut. Kerusakan ginjal bermanifestasi sebagai gagal ginjal dengan oliguria akut. Temuan fisik awal yang paling umum adalah nyeri sudut costovertebral. Kelainan yang paling khas adalah adanya sejumlah besar kristal oksalat oktahedra atau berbentuk jarum dalam urin. Namun ketiadaan temuan ini bukan berarti menegasi diagnosis adanya intoksikasi.

Kelainan urinalisis khas lainnya termasuk berat jenis rendah, proteinuria, mikrohematuria maupun piuria. Disfungsi ginjal dapat terjadi ringan dan sementara bahkan menetap dan fatal. Kondisi ini sebagai imbas metabolit:

  • Asam glikolat berkontribusi pada asidosis metabolik.
  • Asam oksalat kurang larut dengan adanya kalsium.
  • Kristal kalsium oksalat dalam urin mendukung diagnosis.
  • Pengendapan kristal oksalat dalam lumen tubulus menyebabkan penyumbatan luminal
  • Hilangnya fungsi filtrasi glomerulus akibat kompresi

Efek Perkembangan dan Reproduksi

Tidak ada penelitian manusia yang mengevaluasi hubungan antara paparan etilen glikol dan bahaya reproduksi atau perkembangan pada manusia. Sejauh ini, paparan dapat bersifat teratogenik pada mencit dan tikus, mengakibatkan defek penutupan kraniofasial, neural tube dan displasia skeletal. Dosis oral etilen glikol yang besar (>500 mg kg-1 pada mencit dan> 1.000 mg kg-1 pada tikus) dapat menyebabkan toksisitas perkembangan termasuk malformasi tulang aksial, berat badan lahir rendah, malformasi eksternal, dan peningkatan abortus pasca-implantasi. (M-010)