Papilledema dan Kurnia Meiga: Berdalih Non Medis, Ternyata Dampak Alkohol

DENPASAR, MENITINI.COM – Nama Kurnia Meiga kembali naik daun. Sayangnya kali ini bukan karena prestasi namun karena penyakit yang ia derita dan kasus perceraiannya. Sempat mengelak beberapa kali dan mengkaitkan kebutaannya dengan kondisi non medis, akhirnya kebenaran terungkap. Melalui kanal Denny Sumargo, mantan istri beliau mengungkap kebiasaan mabuk dan minum alkohol berlebih sebagai biang kerok perceraian dan sakitnya. Hari ini redaksi akan membahas seputar Papilledema dari sisi medis. Mari kita ulas faktanya satu persatu!

Apa itu Papilledema?

Papilledema adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tekanan intrakranial meningkat dan menyebabkan pembengkakan pada diskus optikus. Diskus ini adalah titik tempat saraf optik masuk ke mata. Kondisi ini seringkali merupakan tanda dari gangguan serius dalam sistem saraf pusat dan memerlukan perhatian medis segera. Papilledema biasanya tidak secara langsung terkait dengan konsumsi alkohol. Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat menghasilkan kerusakan saraf, dan jika kerusakan ini mempengaruhi tekanan intrakranial, besar kemungkinan terjadi papilledema.

Beberapa mekanisme yang mungkin terjadi pada pecandu alkohol antara lain; adanya kondisi dehidrasi yang dapat mengurangi volume cairan serebrospinal dan meningkatkan tekanan intrakranial akibat sifat diuretik alkohol. Berikutnya, terjadi pelebaran pembuluh darah atau vasodilatasi yang mempengaruhi aliran darah ke otak dan meningkatkan tekanan intrakranial. Ketika kondisi berlanjut, maka terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat, termasuk saraf optik. Namun, papilledema lebih berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial daripada kerusakan langsung pada saraf optik.

Penyebab dan Gejala

Papilledema secara umum terjadi ketika tekanan intrakranial meningkat dan menyebabkan pembengkakan pada diskus optikus. Sumber tekanan yang berlebihan ini ada bermacam-macam. Beberapa kondisi yang mempengaruhi antara lain:

  • Tumor Otak: Tumor otak yang menekan tengkorak dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial karena menekan struktur otak dan menghambat aliran cairan serebrospinal.
  • Perdarahan Otak: Perdarahan dalam otak, baik akibat cedera atau kondisi medis seperti aneurisma pecah, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengakibatkan papilledema.
  • Edema Otak: Pembengkakan otak akibat berbagai faktor, seperti cedera kepala, infeksi, atau kondisi medis tertentu. Edema otak yang signifikan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan papilledema.
  • Obstruksi Aliran Cairan Serebrospinal: Gangguan dalam aliran cairan serebrospinal, seperti obstruksi pada saluran atau penyerapan yang terganggu, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
  • Encephalitis dan Meningitis: Infeksi pada otak (encephalitis) atau selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan peradangan dan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengakibatkan papilledema.
  • Pembengkakan Otak Akibat Trauma: Cedera kepala serius atau trauma otak dapat menyebabkan pembengkakan otak dan peningkatan tekanan intrakranial yang mungkin menghasilkan papilledema.
  • Peningkatan Tekanan Serebrospinal: Kondisi yang menyebabkan peningkatan tekanan serebrospinal, seperti hidrosefalus, dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan papilledema.
BACA JUGA:  Seru, Acara Prolanis Klinik Anugerah Denpasar Dimeriahkan oleh Penyanyi Oppie Andaresta

Karena kondisi yang memperngaruhi kejadian papilledema bervariasi, maka gejalanya pun juga bervariasi. Berikut adalah beberapa gejala umum pada pasien yang menderita papilledema:

  1. Penglihatan Kabur: Pasien mungkin mengalami kesulitan melihat dengan jelas atau fokus pada objek.
  2. Sakit Kepala: Sakit kepala bersifat menetap terutama di pagi hari atau saat bangun tidur, seringkali menjadi gejala papilledema. Gejala ini tidak mereda dengan konsumsi anti nyeri.
  3. Mual dan Muntah: Peningkatan tekanan intrakranial dapat merangsang pusat muntah pada otak, menyebabkan rasa mual dan muntah. Mudahnya seperti sensasi mabuk kendaraan.
  4. Tekanan Bola Mata: Ketika sudah terjadi penekanan diskus optikus, pasien mulai merasakan ketidaknyamanan atau tekanan pada bola mata.
  5. Perubahan Penglihatan Warna dan Lapang Pandang: Pasien mungkin melaporkan perubahan persepsi warna atau masalah lain dalam penglihatan warna tanpa riwayat buta warna sebelumnya. Selain itu beberapa pasien juga melaporkan adanya keterbatasan lapang pandang pada sisi perifer.
  6. Pembengkakan Diskus Optikus: Terlihat pembengkakan pada diskus optikus atau papil saraf dapat terlihat saat pemeriksaan fundus oleh dokter mata.
BACA JUGA:  Cara Mendapatkan Vaksin DBD di Indonesia

Diagnosis dan Prognosis

Diagnosis Papilledema merupakan kesimpulan dari serangkaian pemeriksaan mata dan pemeriksaan penunjang. Tidak hanya dokter mata saja, dokter saraf juga dapat menegakkan diagnosis ini. Pemeriksaan utama adalah melalui fundus oculi. Selanjutnya pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau MRI untuk menentukan penyebab sekaligus potensi kejadian akibat keganasan.

Penting untuk diingat bahwa gejala papilledema dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Papilledema adalah tanda serius, dan perlu penanganan yang cepat untuk mencegah kerusakan permanen pada mata dan saraf optik. Tanpa pengobatan lebih lanjur dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf optik dan kehilangan fungsi penglihatan. Oleh karena itu, diagnosis dan penanganan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Opsi Penanganan

Pengobatan papilledema biasanya tergantung pada penyebab yang mendasari. Dalam banyak kasus, penanganan fokus pada mengurangi tekanan intrakranial dan mengatasi kondisi yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa pendekatan umum dalam pengobatan papilledema:

  • Penanganan Penyebab Dasar
    Jika papilledema akibat tumor otak, maka perlu intervensi seperti operasi pengangkatan tumor, radioterapi, atau kemoterapi. Apabila akibat pendarahan perlu melibatkan tindakan bedah untuk mengatasi sumber perdarahan dan mengurangi tekanan intrakranial.
  • Pengelolaan Tekanan Intrakranial
    Mengelola tekanan intrakranial berfungsi mengurangi edema atau pemecahan obstruksi aliran cairan serebrospinal. Dokter akan memberikan diuretik atau obat-obatan lain yang mengurangi tekanan intrakranial serta terapi cairan. Jika sulit dengan medikamentosa, maka operasi menjadi jalan berikutnya.
  • Pemantauan dan Penanganan Simptomatik
    Pasien dengan papilledema perlu dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa tekanan intrakranial tetap terkendali dan tidak ada komplikasi tambahan. Secara simptomatik, pemakaian kacamata atau lensa kontak khusus juga penting untuk membantu memperbaiki gangguan penglihatan.
BACA JUGA:  Presiden Jokowi Tinjau RSUD Sibuhuan

Pencegahan Papilledema

Pencegahan papilledema terfokus pada upaya mencegah dan mengelola penyebab yang mendasarinya. Utamanya pada kejadian peningkatan tekanan intrakranial. Langkah-langkah preventif melibatkan pengelolaan kesehatan secara umum, seperti menjaga tekanan darah dalam batas normal dan mengelola kondisi neurologis dengan tepat. Pencegahan cedera kepala, pemeliharaan gaya hidup sehat minim alkohol , dan pemantauan gejala secara teratur juga sangat penting. Perawatan medis rutin dan konsultasi dengan tenaga kesehatan amat penting untuk mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan sejak dini.

Harapannya, melalui langkah-langkah ini dapat mengurangi risiko papilledema dan mencegah komplikasi yang timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial. Jangan sampai berdalih terlalu lama ya hingga menderita kecacatan permanen. Segera tanggap dan atasi sedini mungkin! (M-010)