Petani Bukan Pekerjaan Kelas Rendah, Lulusan FP Unud Didorong Geluti Bisnis Pertanian

DENPASAR, MENITINI Pekerjaan petani bukanlah pekerjaan kelas bawah. Pendapatan di sektor pertanian bisa setara dengan pekerjaan di sektor lain. Bahkan, berbisnis di bidang pertanian berpeluang meraih omzet miliaran rupiah per bulan.

“Namun, kalangan generasi muda masih enggan terjun ke sektor pertanian disebabkan faktor psikologis dan ekonomis,” ujar Founder Mimba Farm, I Wayan Mudita, saat tampil pada talkshow motivasi pada acara Yudisium Calon Wisudawan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (FP Unud), Kamis (4/8) di Gedung Pascasarjana Unud, Kampus Sudirman, Denpasar.

Wayan Mudita mengakui, dirinya terjun ke dunia bisnis pertanian hanya bermodalkan semangat atau cenderung nekat. Dia membeli lahan dan membangun green house dengan biaya tinggi, namun belum tahu dipergunakan untuk apa. “Saya menjalankan bisnis tidak didasari studi kelayakan, menghabiskan dana Rp 8 M dengan rencana bisnis yang masih samar-samar,” tuturnya.

BACA JUGA:  Pasar Majelangu Kembali Digelar, Setelah Dua Tahun Terhenti Akibat Pandemi Covid

Pengusaha asal Desa Sanur, Denpasar ini pun melakukan perjalanan ke luar Bali hingga ke luar negeri mencari “kitab suci” untuk membangun bisnis pertanian. Diceritakan, ketika mencoba untuk belajar pertanian di Thailand, ternyata ditolak pihak penyelenggara karena tidak mengantongi izin dari Kementerian Pertanian RI. “Belajar pertanian itu susah juga ya. Saya menyesal tidak kuliah di Fakultas Pertanian sebelumnya,” gumannya.

Lulusan Fakultas Hukum Unwar ini mengaku beruntung bisa bertemu komunitas pertanian hidroponik di Yogyakarta. Pergaulannya dengan komunitas tersebut menjadi titik balik meraih keberhasilannya mengelola bisnis di bidang pertanian.

Keuletannya menggeluti bisnis pertanian, menambah keyakinan Mudita bahwa bertani bukanlah pekerjaan kelas dua alias bagi orang rendahan. “Petani merupakan pekerjaan mulia dan bisnis pertanian dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan utama,” jelasnya.

BACA JUGA:  Suyasa Apresiasi Bupati Badung Tak Terapkan Pajak Hiburan 40 Persen

Wayan Mudita menggeluti bisnis sebagai penyalur sayur mayur ke hotel, restoran, pasar modern dan tradisional. “Melayani satu hotel di Sanur, omzetnya Rp 7 juta/hari atau Rp210 juta per bulan. Jika saya melayani 10 hotel berarti pendapatan saya Rp2,1 M/bulan,” jelasnya memotivasi calon wisatawan FP Unud agar tidak malu berbisnis di pertanian. Alasannya, hambatan psikologis tidak lagi menghantui kalangan muda yang kuliah di Fakultas Pertanian.

Dekan Fakultas Pertanian Unud, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM berterima kasih atas kesediaan Wayan Mudita berbagi pengalaman mengelola bisnis pertanian. Diakuinya, calon wisudawan FP Unud memiliki wawasan yang relatif terbatas terkait bisnis pertanian. “Kegiatan berbagi pengalaman ini dapat meningkatkan wawasan dan mempertebal keyakinan calon wisudawan terjun ke dunia bisnis,” tegasnya.

BACA JUGA:  Rute Balik Papan – Denpasar Makin Seksi, Bandara Ngurah Rai Tersibuk Dari 15 Bandara di Indonesia

Prof. Ustriyana menjelaskan, secara konsep dan teoritis calon wisudawan sudah memiliki bekal yang cukup terjun ke bisnis pertanian. Alasannya, calon wisudawan ditempa menjadi SDM pertanian tangguh pada program studi di lingkungan FP Unud yang umumnya terakreditasi A, bahkan Prodi  S1 Agroekoteknologi terakreditasi Unggul.

Wakil Dekan I FP Unud, Dr.Ir. Ni Luh Kartini, MS melaporkan yudisium atau pelepasan calon wisudawan FP Unud edisi Agustus 2022 sebanyak 45 calon wisudawan yang terdiri dari 41 lulusan S1 dan 4 orang lulusan S2 dan S3. Calon wisudawan didominasi jenis kelamin perempuan dan indek prestasinya di atas 3,75. “Saat ini jumlah mahasiswa aktif FP Unud sebanyak 1.660 yang tersebar di delapan prodi,” tegas ahli pertanian organik itu. M-003