JAKARTA,MENITINI.COM-Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP30 di Brasil pekan depan, organisasi lingkungan KPOP4PLANET merilis laporan bertajuk “Konser K-pop Rendah Karbon: Bernyanyi Bersama untuk Masa Depan Kita”, yang menyoroti masih tertinggalnya industri K-pop dalam menerapkan praktik konser ramah lingkungan.
Laporan tersebut merupakan bagian dari kampanye “K-pop Carbon Hunters”, yang terinspirasi dari serial Korea K-pop Demon Hunters. Melalui kampanye ini, penggemar menyerukan agar industri musik K-pop menyelaraskan pengaruh globalnya dengan aksi nyata terhadap krisis iklim, salah satunya lewat pelaksanaan konser rendah karbon yang terukur dalam pengurangan emisi.
Dalam laporannya, KPOP4PLANET menilai lima perusahaan besar di industri K-pop—CJ ENM, HYBE, JYP, SM Entertainment, dan YG Entertainment—berdasarkan komitmen mereka terhadap isu iklim. Hasilnya, sebagian besar perusahaan belum memiliki target atau kerangka waktu spesifik untuk pengurangan emisi, meskipun beberapa telah menyinggung konsep konser berkelanjutan dalam laporan keberlanjutan mereka.
Sementara itu, sejumlah artis internasional seperti Coldplay, Billie Eilish, dan Massive Attack telah membuktikan bahwa konser rendah karbon dapat dilakukan tanpa mengurangi antusiasme penonton.
Satu-satunya perusahaan K-pop besar yang secara resmi telah menerbitkan laporan keberlanjutan adalah YG Entertainment, yang menargetkan peralihan penuh menuju konser berkelanjutan pada tahun 2030. Hal ini sejalan dengan penunjukkan BLACKPINK sebagai duta COP26 pada 2021.
“Sebagai ambassador COP26, BLACKPINK sudah menginspirasi banyak BLINKs untuk peduli dengan lingkungan dan krisis iklim. Kami berharap konser BLACKPINK selanjutnya bisa digelar dengan emisi rendah, sesuai slogan mereka: Climate Action in Your Area!” ujar Jevon Christian, leader dari fanbase Blink Official Indonesia.
Pertumbuhan pesat penggemar K-pop di seluruh dunia—yang mencapai sekitar 75 juta pada 2023—menunjukkan besarnya dampak yang dapat diciptakan jika industri ini berkomitmen terhadap keberlanjutan. Namun, riset organisasi non-profit Inggris Julie’s Bicycle mengungkap bahwa sekitar 73 persen emisi industri musik berasal dari konser langsung, yang setara dengan emisi karbon 92 ribu mobil setiap tahunnya.
“Bencana alam yang semakin sering terjadi seharusnya menjadi alarm memburuknya krisis iklim. Konser rendah karbon adalah langkah bagi industri K-pop untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap bumi dan generasi mendatang,” ujar Nunik, ambasador Klimates KPOP4PLANET Indonesia sekaligus leader My Day Jars Social Project.
“Penyelenggara konser harus mulai mendengarkan suara kami, para penggemar, yang ingin konser idola kami dilaksanakan secara berkelanjutan,” tambahnya.
Laporan ini didukung oleh Music Sustainability Alliance, Julie’s Bicycle, dan Music Declares Emergency. CEO Music Declares Emergency Inggris, Lewis Jamieson, menilai inisiatif ini dapat menjadi langkah penting bagi salah satu genre musik paling berpengaruh di dunia.
“Dengan menunjukkan praktik terbaik dan mendorong perubahan, KPOP4PLANET menyoroti potensi besar K-pop untuk memimpin transformasi industri musik menuju masa depan yang berkelanjutan,” kata Jamieson.
Adapun beberapa rekomendasi utama dalam laporan tersebut mencakup:
- Mengukur dan mengungkapkan emisi di seluruh area konser serta menetapkan rencana pengurangan yang jelas.
- Beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
- Menghapus plastik sekali pakai dan meningkatkan pengelolaan sampah.
- Meminimalkan emisi dari perjalanan artis, kru, dan penonton.
- Memanfaatkan platform musisi untuk menyuarakan aksi iklim.
“Kita pernah hidup tanpa konser langsung selama pandemi. Jangan biarkan krisis iklim membuat kita mengalaminya lagi,” tegas Nayeon Kim, Juru Kampanye KPOP4PLANET di Korea Selatan.
“K-pop memiliki kekuatan untuk memimpin. Konser rendah karbon sudah terbukti bisa dilakukan. Jika dilakukan secara besar-besaran, dampaknya akan nyata bagi bumi dan reputasi global K-pop,” tutupnya.*
- Editor: Daton









