YOGYAKARTA,MENITINI.COM-Pengurus Provinsi (Pengprov) Muay Thai DI Yogyakarta, yang baru terbentuk melalui Musyawarah Provinsi I, di Kota Yogyakarta, Rabu (25/9/24) tergerak dengan maraknya fenomena kejahatan jalanan oleh anak-anak muda, atau akrab disebut dengan klitih.
Melansir Tribunnews Jogja, Ketua Pengprov Muay Thai DIY, Dewanto P. Siregar, mengatakan, bahwa Yogyakarta merupakan daerah istimewa yang dikenal santun dan beradab. Sehingga, kemunculan aksi kejahatan jalanan oleh anak-anak muda, membuat pihaknya prihatin dan tergerak untuk berkontribusi dalam upaya penanganan.
“Kami memandang klitih ini marak karena anak-anak muda belum terwadahi. Maka, di sini kami akan wadahi mereka, supaya anak-anak itu bertarung secara benar, diawasi dan diajari teknik-tekniknya,” katanya seperti dikutip dari Tribunnews Jogja, Jumat (27/9/2024).
Menurutnya, sosialisasi olahraga bela diri Muay Thai menyasar anak-anak muda di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi masuk ke dalam program kerjanya.
Lewat gebrakan tersebut, ia berharap, kejahatan jalanan di Yogyakarta bisa diredam, sekaligus muncul bibit-bibit atlet Muay Thai yang dapat diorbitkan.
“Bahkan, harapan kami ke depan, Muay Thai ini bisa masuk ke sekolah menjadi ekstra kulikuler. Kalau di kampus-kampus kan sudah beberapa itu, jadi unit kegiatan mahasiswa,” terangnya.
Sehingga, kemunculan aksi kejahatan jalanan oleh anak-anak muda, membuat pihaknya prihatin dan tergerak untuk berkontribusi dalam upaya penanganan.
“Kami memandang klitih ini marak karena anak-anak muda belum terwadahi. Maka, di sini kami akan wadahi mereka, supaya anak-anak itu bertarung secara benar, diawasi dan diajari teknik-tekniknya,” katanya.
Menurutnya, sosialisasi olahraga bela diri Muay Thai menyasar anak-anak muda di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi masuk ke dalam program kerjanya.
Lewat gebrakan tersebut, ia berharap, kejahatan jalanan di Yogyakarta bisa diredam, sekaligus muncul bibit-bibit atlet Muay Thai yang dapat diorbitkan.
“Bahkan, harapan kami ke depan, Muay Thai ini bisa masuk ke sekolah menjadi ekstra kulikuler. Kalau di kampus-kampus kan sudah beberapa itu, jadi unit kegiatan mahasiswa,” terangnya.
Sehingga, kemunculan aksi kejahatan jalanan oleh anak-anak muda, membuat pihaknya prihatin dan tergerak untuk berkontribusi dalam upaya penanganan.
“Kami memandang klitih ini marak karena anak-anak muda belum terwadahi. Maka, di sini kami akan wadahi mereka, supaya anak-anak itu bertarung secara benar, diawasi dan diajari teknik-tekniknya,” katanya.
Menurutnya, sosialisasi olahraga bela diri Muay Thai menyasar anak-anak muda di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi masuk ke dalam program kerjanya.
Lewat gebrakan tersebut, ia berharap, kejahatan jalanan di Yogyakarta bisa diredam, sekaligus muncul bibit-bibit atlet Muay Thai yang dapat diorbitkan.
“Bahkan, harapan kami ke depan, Muay Thai ini bisa masuk ke sekolah menjadi ekstra kulikuler. Kalau di kampus-kampus kan sudah beberapa itu, jadi unit kegiatan mahasiswa,” terangnya.
Lebih lanjut, Dewanto menyebut, meski kepengurusan secara resmi baru terbentuk, sarana dan prasarana Muay Thai di Yogyakarta sejatinya sudah cukup mumpuni.
Bagaimana tidak, camp-camp Muay Thai saat ini telah berdiri di seluruh kabupaten dan kota di DIY, meliputi Kota Yogya, Sleman, Bantul, Kulon Progo, hingga Gunungkidul.
“Jadi, kami sudah menyiapkan ring dan tempat untuk anak-anak itu berprestasi. Silakan datang kapan saja ke camp kami, berlatih di sana. Ksatria itu bertarung di atas ring, bukan di jalanan,” ucapnya.
Sementara itu, Dewan Pembina Pengprov Muay Thai DIY, Faried Jayen Soepardjan, mengatakan, bahwa potensi atlet Muay Thai di Yogyakarta sangat besar.
Hanya saja, selama ini, belum ada wadah yang bisa menaungi bakat-bakat potensial tersebut, karena organisasinya baru terealisasi.
“Karena pengprov-nya sebelumnya belum ada. Jadi, sekarang yang penting kita bentuk rumahnya dulu. Maka, saya berharap, semua insan Muay Thai di Yogya ini bisa solid,” cetusnya.
“Sehingga, kedepannya bisa konsiten menelurkan atlet-atlet berprestasi, sekaligus mengkader atlet-atlet baru layaknya sebuah organisasi olahraga, karena potensinya besar,” pungkas Jayen.
- Editor: Daton