DENPASAR,MENITINI.COM-Perawatan menyeluruh, termasuk asupan nutrisi yang tepat, menjadi kunci penting dalam proses pemulihan pasien stroke. Hal itu disampaikan dokter spesialis neurologi lulusan Universitas Indonesia, dr. Zicky Yombana, Sp.N, AIFO-K, DAIFIDN, dalam keterangangnya, seperti dikutip dari Antara, Jumat (7/11/2025).
“Dalam tahap pemulihan, nutrisi berperan sebagai bahan dasar perbaikan sel otak yang rusak. Kalau otak diibaratkan rumah yang diterpa badai, maka nutrisi adalah bahan bangunan untuk memperbaikinya. Tanpa nutrisi yang tepat, proses pemulihan akan lambat,” jelas dr. Zicky.
Ia menekankan, gaya hidup sehat turut memengaruhi pengelolaan stroke, terutama melalui pola makan. Selain faktor genetik, risiko stroke meningkat akibat kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dan lemak, serta kurangnya aktivitas fisik.
Menurutnya, kebiasaan merokok dan pola makan berlebihan juga berkontribusi terhadap timbulnya sindrom metabolik yang dapat merusak pembuluh darah dan memicu stroke.
Stroke sendiri merupakan kondisi darurat medis yang terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak, sehingga sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia sekaligus penyebab utama kecacatan jangka panjang.
Untuk mengenali tanda-tanda awal stroke, masyarakat diimbau mengingat metode SEGERA ke RS, yakni Senyum tidak simetris, Gerakan menurun, Bicara pelo, Rabun mendadak, Sakit kepala hebat, dan segera ke rumah sakit.
“Stroke sering dianggap sebagai penyakit orang tua, padahal kini banyak menyerang usia produktif karena pola hidup yang tidak sehat. Kesadaran menjalani gaya hidup sehat adalah langkah preventif paling efektif,” ujar dr. Zicky.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak menunda penanganan medis. “Stroke adalah kondisi darurat medis. Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit, bukan dipijat atau diobati sendiri di rumah,” tegasnya.
Menurut World Stroke Organization (WHO), setiap tahun terdapat lebih dari 12 juta orang di dunia yang mengalami stroke, dan sekitar 16 persen di antaranya berusia muda, antara 15 hingga 49 tahun.
Di Indonesia, Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, dengan angka kematian tertinggi sebesar 18,5 persen. Data ini menunjukkan bahwa stroke tak lagi hanya mengancam kelompok lanjut usia, tetapi juga usia produktif.*
- Editor: Daton









